Monthly Archives: April 2015

our Indonesia trip (day 12-13: Java – meeting opa/oma for the first time!)

Standard

blog

blog1Di hari ke-12 kami terbang dari Bali ke Yogyakarta. Terbangnya sendiri cuma sejam, tapi total delay-nya 2 jam lebih! Pesawat kami harus berputar-putar 1,5 jam di atas bandara Adisucipto karena kebetulan (kok ya bisa bareng ya…) RI-1 juga mendarat di Yogya, sehubungan dengan acara Nyepi yang akan beliau hadiri. Setelah dari Yogya kami bermobil ke Magelang (tempat tinggal ortu, sekitar 1-1,5 jam tergantung situasi lalu-lintas dan cuaca).

Kami dijemput dan disambut hangat oleh orang tuaku: Sky akhirnya bertemu live dengan opa dan oma Indo untuk pertama kalinya! (Sebetulnya dia sudah pernah bertemu opa 1 hari, waktu tahun lalu opa pernah menginap semalam di rumah karena kebetulan bisa disempatkan di sela-sela kunjungan kerja). Nah, 2 minggu sesudah itu Sky bakal dimanja habis-habisan oleh opa dan oma, hehe…

Oma ternyata masih menyimpan sebagian besar mainan yang adikku dan aku mainkan sekitar 30 tahun lalu. Semuanya sudah dibersihkan, jadi Sky tiap hari mendapat mainan dan boneka baru! Selain itu banyak juga benda-benda yang sepertinya biasa (buat orang Indo), tapi buat Sky jadi mainan yang menarik, seperti: kemucing bulu! (foto atas tengah) Saking sukanya dia bermain kemucing sampai akhirnya kami membeli versi mini-nya dan membawanya sebagai suvenir pulang ke Belanda, hahaha….

Di hari ke-13 kami mengunjungi taman wisata di seberang rumah oma opa: “Taman Kyai Langgeng” (foto-foto bawah). Memang lain sekali kalau dibandingkan dengan taman wisata di sini (dari segi keamanan, kemudahan sirkulasi, kebersihan, jenis atraksi), tapi seru juga dolan ke sana. Apalagi buat Sky, buatnya semuanya sama menarik dan seru! 🙂

***

blog0

Op dag 12 vlogen we van Bali naar Yogyakarta (Midden Java). De vlucht zelf duurde maar een uurtje, maar de totale vertraging was ruim 2 uur! Het vliegtuig moest anderhalf uur blijven cirkelen boven het vliegveld van Yogyakarta omdat Mr. President rond dezelfde tijd ook in Yogyakarta arriveerde. Tja…

blog2We zijn opgehaald en heel hartelijk ontvangen door mijn ouders: Sky ontmoette live haar opa en oma Indo voor de allereerste keer! (Eigenlijk heeft ze opa vorig jaar wel 1 dag ontmoet, toen hij toevallig tijdens zijn doorreis 1 nachtje in ons huis kon overnachten). De volgende twee weken werd Sky uiteraard enorm verwend door opa en oma! We reden daarna van Yogyakarta naar Magelang (de stad waar mijn ouders wonen, zo’n 1-1,5 uur rijden, afhankelijk van het verkeer en het weer).

Oma heeft blijkbaar bijna alle speelgoed waarmee mijn broer en ik 30 jaar geleden hebben gespeeld nog bewaard. Alles was schoongemaakt en Sky kreeg dus elke dag een berg nieuw speelgoed en knuffels! Daarnaast zijn er ook veel dingen die Sky interessant vond en als speelgoed beschouwde, zoals foto boven in het midden: de veren-plumeau. Zó geweldig vond Sky dat ding, zodat wij ook uiteindelijk een mini-versie ervan hebben aangeschaft en naar Nederland hebben meegenomen, haha…

Op dag 13 hebben we het attractiepark tegenover “ons” huis bezocht: “Taman Kyai Langgeng” (foto’s onder). Totaal anders natuurlijk dan wat wij hier hebben (denk maar aan het verschil voor veiligheid, toegankelijkheid, onderhoud, schoon of niet…), maar het was gewoon grappig om te doen. En voor Sky maakt het allemaal niet uit, ze heeft vooral plezier! 🙂

blog3

blog4

blog5

promotion movie from the dance course (and we’re in it!)

Standard

blog-A

Pilihanku saat ini: bersin-bersin seratus kali berturut-turut dan mata berair-air sampai susah membuka mata, atau menelan pil anti alergi tapi jadinya lemas dan tidak berenergi (termasuk untuk menulis di blog ini). Begini deh sedihnya jadi pasien hay fever (alergi serbuk bunga dan pohon) tingkat tinggi kalau sudah masuk musim semi dan cuaca sedang bagus. Jadi maafkan ya kalau blognya sedang terhambat lagi.

Tapi hari ini kami bisa membagi sebuah berita yang menyenangkan (dan pendek!). Les menari tempat Sky sering berpartisipasi baru-baru ini membuat film promosi singkat, dan kami (bukan aku, tapi Joop dan Sky) ada di dalamnya! Filmnya hari ini sudah resmi, jadi boleh disebarluaskan. Terjemahan interview dengan Joop kira-kira begini: “Karena suasana les menari yang santai, jadi Sky bisa mengatasi rasa takutnya akan hal-hal tertentu.”

***

Óf ik honderd keer achter elkaar moet niezen en ogen zo branderig zijn dat ik bijna niets meer kan zien, óf ik neem een hooikoorts tabletje maar heb dan zo weinig energie om iets te doen (waaronder het schrijven van deze blog). Mooi weer dagen hebben zo groot nadeel voor een zware hooikoorts patiënt als ik… Dus excuseer me als deze blog weer vertraagd is.

Maar vandaag hebben we iets leuks (en kort) te melden! De dansles waar Sky altijd meedoet heeft een promotie filmpje opgesteld, en wij (nou ik niet, maar Joop en Sky wel!) zitten er in! Het filmpje is nu officieel dus we mogen het delen (ook omdat het zo’n leuke les is, delen doen we dus graag!)

our Indonesia trip (day 8-11: beach(es), food, mall, and party)

Standard

blog5

blog4

blog9

blog10

blog11

blog12Tentu saja selama di Bali kami sering dolan ke pantai. Tidak percuma kalau Bali terkenal akan pantai-pantainya. Dari hotel kami di Sanur ke pantai cuma berjalan 5 menit. Foto-foto di atas kami ambil di sana. Yang di bawah lain, kami ambil di hari ke-10. Waktu kami bermobil menuju ke Selatan, di sekitar wilayah Jimbaran, menuju ke Nusa Dua. Tahun-tahun terakhir ada beberapa pantai “baru” dibuka di wilayah ini. Tentunya bukan betul-betul “baru”, tapi yang tadinya tidak bisa dijangkau, sekarang sudah dibuatkan jalan ke sana. Biarpun masih tetap harus lebih bersusah payah daripada pantai-pantai yang sudah lebih dulu terkenal. Kami harus memarkir mobil di area khusus (masuknya bayar), lalu diantar dengan shuttle bus (lebih tepatnya sebuah angkot tua) menuju ke pantai. Berjalan kaki lagi sedikit, naik turun tangga, sebelum disambut oleh pasir putih dan laut biru. Ombaknya terlihat jelas lebih besar daripada di Sanur. Dan satu lagi kekurangannya, adalah bahwa di sana panas banget, karena tidak ada pohon sama sekali. Tidak seperti Sanur yang punya beach walk di sepanjang pantai, yang dinaungi pepohonan besar-besar sehingga nyaman untuk dijalani. Jadinya kami lebih lama nongkrong di restoran dan berteduh di sebuah gua besar yang kebetulan ada di pantai, sekedar supaya tidak menjadi terlalu gosong dan kepanasan.

***

We gingen vaak naar het strand (daar is Bali tenslotte zeer bekend om, en niet voor niets!). Ons hotel in Sanur ligt op zo’n 5 minuten lopen van het strand, de foto’s boven zijn daar genomen. Foto’s onder zijn op dag 10 genomen. Toen reden we naar de Zuiden, rond het gebied van Jimbaran, richting Nusa Dua. Daar zijn de laatste jaren een paar “nieuwe” stranden geopend. Nou ja, niet echt nieuw natuurlijk, maar eerst waren die stranden ontoegankelijk door de vele rotsen enz. Men heeft een weg ernaartoe gemaakt, maar je moet nog wat meer doen dan bij de “gewone” stranden die al lang bekend zijn. We moesten onze auto op een betaal-parkeerplek zetten, om vervolgens met de shuttle bus (uit 1950)  naar het strand gebracht (gerammeld) te worden. Daarna moesten we nog een stukje lopen (trap op en af) voordat het mooie witte zand en de blauwe zee ons begroetten. De golven zijn duidelijk woester dan bij Sanur. Een ander nadeel is dat het veel warmer voelt, omdat er geen bomen zijn (Sanur heeft een lange beachwalk met veel bomen eromheen en ertussen, heel fijn om erlangs te wandelen). We bleven dus lang bij het restaurant en onder de grot zitten om verkoeling te zoeken. Het heet trouwens de Dreamland beach.

blog15

blog

blog16

blog17

blog13

blog14

Makan di tepi pantai memang paling relaxed dan enak. Dengan Sky yang bermain pasir di antara kaki-kaki kami, sambil mengumpulkan biji-bijian dan daun-daunan, atau menggambar di pasir. Seekor tupai berlari di atas kepala kami, bunyi ombak terdengar di latar belakang. Nikmat sekali! Dan memang kami lakukan hampir tiap hari. Satu-satunya yang mengganggu suasana (bukan saat makan, tapi kalau sedang berjalan-jalan di sepanjang pantai) adalah banyaknya penjual yang sering ngotot, malah kadang menempel sambil terus menawarkan segala sesuatu…bikin sebal!

***

Eten bij het strand, super lekker en relaxed. Sky die tussen onze voeten speelde, nootjes en blaadjes verzamelen en in het zand tekenen. Een eekhoorn rende boven ons hoofd de hoge boom in, de zee ruiste op de achtergrond. Genieten! Hebben we dan ook elke dag gedaan. Het enige dat de rust verstoorde (niet tijdens het eten, maar als je langs het strand wandelt) zijn de vele verkopers die bleven roepen en soms aan je rug bleven kleven (best irritant!).

blog2

blog18

blog7

blog8

Di Indonesia, perlahan tapi pasti Sky mulai mengenal fenomena “mall“. Kata ini bunyinya dalam bahasa Belanda mirip dengan kata “mol“, yang artinya tikus tanah. Secara guyon, Sky sering menyebut mall sebagai “molshoop” (lubang-lubang para tikus tanah), hehe… Tentunya pergi ke mall untuk membeli suvenir dan baju. Buatku serasa di surga deh, bukan cuma karena harganya yang relatif murah, tapi terutama karena semua bajunya pas di badanku! Satu hal yang di Belanda susah banget dicari: baju yang ukurannya pas. Kadang kami ke mall cuma untuk ngadem sih, mendinginkan keringat, hehe…dan di hari terakhir kami khusus pergi ke Kuta Beach Walk untuk membawa Sky bermain di tempat main di sana (lantai paling atas, sambil kaminya wisata kuliner, hehe).

***

Sky werd in Indonesië langzaam maar zeker bekend met het fenomeen “mall” (winkelcentrum, maar dan anders). Ze noemde het gekscherend “molshoop”, haha…We gingen natuurlijk wat souvenirs en kleren kopen (voor mij is het een ware paradijs, niet alleen vanwege de lage prijzen, maar vooral omdat ik overal in pas! Iets waar ik in Nederland veel moeite mee heb: passende kleren zoeken). Af en toe gingen we naar de mall alleen om af te koelen in de airco, haha…en op de laatste dag gingen we speciaal naar Kuta Beach Walk mall om Sky bij de binnenspeeltuin daar te laten spelen.

blog1

blog6

Om dan tante kami di Denpasar mengadakan acara makan malam bersama untuk merayakan ultah Joop. Keluarga dan banyak kenalan mereka hadir untuk meramaikan suasana. Tante memasak banyak makanan enak-enak, dan ada acara tiup lilin tart juga, sambil menyanyikan happy birthday dan ‘lang zal za leven‘ (versi bahasa Belanda dari ‘panjang umurnya’. Om masih kenal lagu ini karena dia masih bisa bahasa Belanda sedikit-sedikit). Seru sekali! Dan Sky tentunya mendapat lebih dari cukup perhatian dari para om dan tante barunya. 🙂

***

Onze oom en tante in Denpasar hebben een gezamenlijke diner georganiseerd om Joop’s verjaardag te vieren. Familie en veel van hun kennissen waren aanwezig. Tante heeft heel veel lekker eten gekookt, als verassing ook nog een taart en zongen we met z’n allen happy birthday en lang zal ze leven (oom kent het liedje nog, hij spreekt nog een heel klein beetje Nederlands), het was super gezellig! En Sky kreeg natuurlijk heel veel aandacht van al haar nieuwe oom’s en tante’s. 🙂

blog0

our Indonesia trip (day 7, swimming)

Standard

blog1blog

Sebetulnya judulnya tidak terlalu tepat, karena sejak hari ke-7 Sky berenang hampir tiap hari. Tapi memang mulainya di hari ke-7 ini. Jadi waktu kami di hari ke-6 makan malam di restoran di seberang rumah sewa kami di Ubud, kami melihat bahwa restorannya punya taman di tengah, plus kolam renang (foto atas). Kami bertanya apakah kami boleh memakai kolam renangnya kalau kami besoknya sarapan di sana. Ya boleh, jawabannya. Begitulah awal kejadiannya.

Setelah sarapan dan berenang kami mengepak barang-barang kami dan bermobil menuju Sanur, di mana kami tinggal selama 6 malam, sampai kami duduk di pesawat yang akan membawa kami ke Jawa. Sanur terletak di sisi Tenggara Bali (lihat peta untuk tiga posisi kami selama di Bali: Denpasar, Ubud, dan Sanur). Pantainya berombak tenang, dibandingkan di sisi Barat. Panas sekali, kami menduga beberapa derajat celcius lebih panas daripada di Ubud. Hotel kami di Sanur juga punya kolam renang, di mana Sky tiap sore pasti asyik bermain air, sebelum makan malam (foto bawah). Dengan cepat dia mencuri hati banyak pengunjung tetap kolam renang, dengan ban renang oranye-nya dan ocehannya yang tidak pernah berhenti. Dan bukan cuma karena banyaknya orang Belanda yang juga tinggal di hotel itu lho, hehehe….(orang Belanda memang membanjir di Bali, hampir setara dengan turis Australia, tapi kan yang terakhir ini tinggalnya cuma berjarak 4 jam terbang ya!)

***

Print

De titel klopt eigenlijk niet helemaal, want dat zwemmen, dat heeft Sky sinds dag 7 vrijwel elke dag gedaan. Maar het begint inderdaad op dag 7. Toen we op de avond van dag 6 tegenover ons huurhuis in Ubud in een restaurant gingen eten, zagen we dat het een mooie binnenplein met zwembad heeft (foto’s boven). We vroegen of wij van het zwembad gebruik mogen maken, als wij de volgende ochtend weer kwamen ontbijten. Ja hoor, dat mag zeker, was het antwoord. Zodoende.

Na het ontbijt hebben we onze spulletjes ingepakt en reden we richting Sanur, waar wij de komende 6 nachten verbleven, tot wij in een vliegtuig richting Java vertrokken. Sanur ligt aan de Zuid-Oostelijke kant van Bali (zie kaart voor onze drie verblijf-plaatsen: Denpasar, Ubud, en Sanur). Het strand aan deze kant heeft zachte golven, ter vergelijking met de Westelijke kant (post hierover komt nog). Het was wel erg warm, toch wel een paar graden warmer dan in Ubud, vermoeden we. Ons hotel in Sanur heeft een mooie zwembad, waar Sky elke namiddag voor het avondeten zeker te vinden was (foto’s onder). Ze is wel een hartenbrekertje en iedereen vond haar zo aandoenlijk, met haar oranje zwembandjes en haar vele gebabbel. En niet alleen vanwege de vele Nederlanders die in dat hotel verbleven, hihi… (de Nederlanders zijn sowieso ruimschoots vertegenwoordigd in Bali, net als de Australiërs, maar ja, die wonen op 4-uur vliegafstand!)

blog2

blog3

automatic sensor tap

Standard

blog1

Siang tadi kami dolan ke Efteling (semacam Disneyland-nya Belanda lah). Sky baru saja selesai mencuci tangan di wc, waktu seorang anak lain masuk dan dengan antusias berkata pada neneknya: “Oma, di sini keran airnya ajaib lho!”, sambil menunjuk ke wastafel. Kata “ajaib” yang dipilih anak itu dalam bahasa Belanda sebetulnya lebih mengarah ke “sihir”, sesuai dengan tema keseluruhan taman Efteling, yang suasananya selalu “menyihir” anak-anak (begitu promosinya). Sky mengikuti gerak-gerik anak itu dan waktu mendengar kata-katanya lalu menjawab dengan pelan: “…otomatis…” (maksudnya bahwa keran air di wastafel sana memang otomatis keluar airnya kalau mendeteksi gerakan di bawah keran). Hahaha…untung suara Sky lembut dan jarak dengan anak itu cukup jauh, jadi dia tidak mendengar ucapan Sky. Tapi lublogcu banget deh…bahwa yang satu menganggap keran air otomatis adalah keran “sihir” dan yang baru berumur 3 tahun ini menjawab dengan fakta dan logika (yang kadang memang terlalu mendalam untuk usianya, keturunan siapa sih ya). Untung Sky tidak sampai merusak impian si anak, hehe…biarkan saja kan anak-anak hidup di dalam dunianya. 🙂

***

Vanmiddag waren we bij de Efteling. Sky heeft net haar handen gewassen in de wc, toen er een ander kindje binnen kwam. Vol enthousiasme riep dat kindje tegen haar oma: “Oma, hier hebben ze tover-kranen!”, wijzend naar de wastafels. Sky volgde de bewegingen van dat meisje en fluisterde zacht: “…automatisch…” (ze bedoelt dat het automatische kranen zijn, met beweging sensoren). Hahaha….gelukkig zei Sky dat zachtjes en kon het meisje haar niet horen. Maar wat een komische situatie was dat! Stel je voor, dat ons 3-jarige een ander (veel ouder) meisje’s droom verstoort door haar (soms te) logische en technische uitleg. Haha…van wie zou ze dat nou toch hebben! 😀

blog2

our Indonesia trip (day 6, monkey forest and holy water spring temple)

Standard

blog

Sudah menjadi keharusan tentunya, kalau sudah di Ubud, untuk mengunjungi Monkey Forest. Tapi bukan hanya karena keharusan jadi kami ke sana. Tempatnya kan memang lucu banget! Hehe…Seperti sudah diduga Sky senang sekali di sana, mengamati para monyet yang berkeliaran. Terutama kalau ada mama monyet yang menggendong anaknya di perut, atau ada monyet yang memanjati para pengunjung. Saran yang umum kami terima adalah untuk melepas kacamata dan perhiasan lainnya, berhubung banyak monyet yang iseng dan tertarik pada benda-benda mengkilap. Tapi di kasir kami blog3diberitahu bahwa monyet zaman sekarang ternyata sudah ‘nggak doyan’ kacamata dan sejenisnya, hehe… Kacamata Sky masih tetap kami lepas. Main aman saja deh. Tapi aku tetap memakai kacamataku, karena kalau dicopot bakal lebih sering menabrak-nabrak daripada berjalan-jalan, haha… Dan sepertinya memang betul. Monyetnya tidak lagi tertarik pada kacamata. Yang mereka tunggu-tunggu adalah bunyi kantong plastik. Begitu ada bunyi kemeresek pasti bakal ada monyet berloncatan ke kepala, bahu, atau tas ransel pengunjung. Seringnya memang tepat, karena bunyi plastik sering berarti ada pengunjung yang mau mengeluarkan makanan untuk para monyet. Dan berhubung monyetnya memang nakal-nakal, sering plastiknya sudah direbut terlebih dulu sebelum makanannya bisa dikeluarkan. Kami tidak membawa apa-apa waktu kesana, tapi toh ada satu monyet yang datang mengecek, naik ke tas ransel Joop. Tidak lama, karena cepat sadar bahwa dia nggak bakal dapat apa-apa dari kami, hehe…

***

“Monkey forest” (= het apenbos) is zo’n beetje DE attractie van Ubud. Maar niet alleen daarom gingen we er naartoe, het is gewoon zo’n grappige plek! Sky vond het natuurlijk geweldig, al die loslopende apen. Vooral als er een baby aap hangend aan mama’s buik te zien is, of als er een aap een toerist beklimt. Het is algemeen bekend dat de apen erg brutaal zijn, en iedereen zal wel weten dat brillen en andere blinkende sieraden geliefd bij de apen zijn. Maar bij de kassa werden we verteld dat de apen tegenwoordig geen brillen meer “lustten”, dus we hoefden onze brillen niet af te doen. Bij Sky deden we het voor de zekerheid nog hoor, maar ik heb mijn bril gewoon opgehouden (anders zie ik geen hand voor ogen!). En inderdaad, het lijkt alsof de apen niet meer geïnteresseerd zijn in brillen en sieraden. Waar ze wel super alert op zijn, is het geluid van plastic zakje. Zodra ergens een geritsel te horen is, springen de apen er naartoe. Vaak terecht, want het waren vaak de toeristen die wat eten aan hun wilden geven. En zo brutaal als die apen zijn, gristen ze vaak de zakjes al voordat het eten werkelijk uit de zak gaat. Of springen ze wild op je hoofd, schouder, en rugzak. We hadden niks bij ons, maar er sprong toch op een gegeven moment een aap op Joop zijn rugzak. Niet lang, want hij besefte dat er bij ons niks te halen viel, haha….

blog1

blog2

Dari Monkey Forest kami menuju ke arah Utara. Waktunya berwisata budaya, setelah berkunjung ke binatang-binatang. Ubud memang terkenal atas seni budayanya, dan terlihat jelas waktu kami bermobil melewati desa-desa di sana. Jalanan penuh toko-toko benda seni. Yang satu lebih cantik dan lebih unik dari yang lain. Tapi kami tidak berhenti, sampai ke tempat tujuan kami: Pura Tirtha Empul, di bawah Istana Tampak Siring. Istananya ternyata tidak boleh dimasuki, bahkan tidak boleh bermobil mengelilinginya. Bapak penjaga Pura memberitahu bahwa hanya dengan surat izin khusus orang boleh mengunjungi Istana. Ya sudah, Pura-nya juga sudah bagus banget kok.

Dalam versi bahasa Belanda di bawah ini aku menjelaskan sedikit apa itu yang namanya Pura. Tapi dalam bahasa Indonesia tidak usah pakai penjelasan segala lah ya, hehe…Kami memang sengaja memilih Pura Tirtha Empul karena tidak terlalu ramai, lokasinya dekat Ubud, dan ada pancuran air sucinya. Sebelum masuk ke kompleks Pura kami harus memakai sarung dulu. Sky dipinjami sebuah syal kuning untuk dililitkan di pinggangnya. Kompleks Puranya sendiri memang mengesankan. Secara fisik, dari bangunan, arsitektur, patung-patung dan ukiran seni, kolam-kolam dan pancuran air. Juga dari segi sejarah, banyaknya arti dan makna dari setiap ritual dan kegiatan yang dilakukan di sana.

***

blog4Na het apenbos reden we richting het noorden. Het is tijd om iets cultureels te doen, na al dat dierenbezoek. Ubud is bekend om zijn kunstwereld. Het was duidelijk te zien toen we langs de verschillende dorpen reden. Hele straten vol kunstwinkeltjes, de ene nog mooier en unieker dan de andere. Maar we stopten niet, totdat we bij onze bestemming waren: Pura Tirtha Empul, naast het paleis van Tampak Siring. Het paleis zelf is helaas niet toegankelijk voor publiek. Mag ook geen rondje om het paleis rijden, zei de strenge meneer van de Pura. Men moet speciaal toestemming (brief van hoge ambtenaar) hebben voor het paleisbezoek. Okee dan…de Pura is ook al heel leuk.

Wat is nou een Pura? Het eiland Bali is het enige Hindoeïstische eiland van Indonesië. Dat betekent dat de meerderheid van de bevolking het geloof Hindoe omarmen. En een Pura is een heilige plek om te bidden, offer te doen, allerlei ceremoniële taken te vervullen…kortom, wat een kerk voor de christenen en een moskee voor de moslim is, is een Pura voor de Hindoes. De Pura die wij bezochten, Pura Tirtha Empul, heeft nog iets extra bijzonder: een heilige bron. Waar mensen onder de stromende fonteintjes hun lichaam en ziel reinigen (ik denk dat het nu alleen gebeurd op bepaalde dagen, want toen we daar waren was er niemand in het water).

We moesten een Balinese sarong dragen alvorens wij de Pura in mochten. Sky kreeg een gele sjaal om om haar middel te knopen. Leuk allemaal, en best indrukwekkend om te wandelen rond de Pura. Fysiek, met al de tempeltjes, de offers, de gebouwen en kunstwerken. Maar ook de betekenissen en de geschiedenis ervan.

blog5

blog7

blog8

blog6

what’s grandma’s hair color?

Standard

blog3

Siang tadi kami mengunjungi Oma dan Sky mendapat dua hadiah istimewa: boneka Sky-mini hasil rajutan sendiri (lengkap dengan kacamata, rambut coklat panjang, dan baju serta sepatu yang bisa dilepas!), dan sebuah boneka kepala Ernie untuk menaruh kacamatanya di malam hari kalau dia tidur (jadi yang biasanya ditaruh di lemari samping ranjang, bisa dipasang di atas hidung dan telinga Ernie! Lucu ya!). Saat ini Sky sudah tidur dengan memeluk boneka barunya, dan kacamatanya nongkrong di atas hidung Ernie, di atas lemari.

blog1Cuaca hari ini cerah sekali, jadi kami berjalan-jalan mengeliling kompleks. Sekalian supaya Toby, anjing peliharaan Oma, bisa buang air di luar. Dan Sky juga bisa bermain sebentar di taman main di seberang rumah Oma. Di rumah Sky ngoceh terus, dan pada suatu saat pembicaraan kami sampai ke warna rambut:

Sky: “Boneka ini rambutnya berwarna coklat. Seperti Belle (putri dari cerita Beauty and the Beast), dan mirip aku juga! Papa juga rambutnya warna coklat.”
Oma: “Betul papa berambut coklat?”
Sky: “Ya…rambut coklat tapi pendek-pendek.”
Oma: “Oya. Tapi waktu papa kecil rambutnya pirang lho.”
Sky: “Ya, sama seperti E, sahabat karibku.”
Oma: “Kalau mama, rambutnya warna apa?”
Sky: “Mama rambutnya hitam.”
Papa: “Dan Oma? Rambutnya berwarna…?”
Sky (dengan mantap): “Abu-abu!”

Hahahaha…. Papa mencoba memberi Sky kesempatan kedua dengan bertanya lagi:
Papa: “Yaaa….tapi di antara rambut abu-abu itu, ada warna apa lagi?”
Sky: “Mmm…putih!”

Kami hampir sakit perut karena tertawa, sementara Sky memandangi kami tidak mengerti apanya yang lucu, hahaha…. Mungkin dalam waktu dekat bikin janji di salon untuk menyemir rambut, Oma? 😀

***

blog

Vanmiddag kwamen we bij Oma op bezoek en kreeg Sky twee prachtige cadeaus: een zelfgehaakte mini-Sky pop (met een brilletje erop, lang bruin haar, en kleertjes en schoentjes die uit kunnen!), en een Ernie ‘bal’ om haar bril ‘s avonds op te zetten (dus in plaats van op de nachtkast, zet je de bril op Ernie’s neus en oren! Wat een super idee!). Op dit moment slaapt Sky met haar nieuwe pop tussen haar armen, en Ernie heeft haar brilletje op en zit op haar nachtkast.

blog4Het was heerlijk weer, dus we gingen een rondje wandelen. Toby, Oma’s hondje, kon dan zijn behoefte doen en Sky heeft ook even gespeeld op de speeltuin tegenover Oma’s huis. Thuis babbelde Sky lekker door, en op een gegeven moment hadden we een gesprek over haarkleur:

Sky: “Deze pop heeft bruin haar. Net als Belle (de prinses van Belle en het Beest), en net als ik! Papa heeft ook bruin haar.”
Oma: “Heeft papa bruin haar?”
Sky: “Ja…kort bruin haartjes.”
Oma: “Oja. Maar toen papa klein was had hij blond haar hoor.”
Sky: “Ja, net als E, mijn beste vriendin.”
Oma: “En wat voor haarkleur heeft mama?”
Sky: “Mama heeft zwart haar.”
Papa: “En Oma? Wat is Oma’s haarkleur?”
Sky (vol overtuiging): “Grijs!”

Hahahaha…. Papa probeerde nog de schade te beperken door Sky een hint te geven:
Papa: “Jaaa….maar zie je nog meer kleuren behalve al dat grijs?”
Sky: “Mmm…ja…wit!”

We rolden van het lachen, en Sky keek ons niet begrijpend aan, hahaha…. Toch binnenkort een afspraak maken bij de kapper voor een spoeling, Oma? 😀

blog2

our Indonesia trip (day 5, Bali Safari Park)

Standard

blog2

Sebelum berangkat berlibur kami menjanjikan beberapa hal kepada Sky:
1. Bahwa di Indonesia dia bakal melihat banyak pohon kelapa, lengkap dengan kelapa aslinya! (Yang ini tidak susah untuk dipenuhi, bahkan saat berganti terminal di airport Jakarta pun dia sudah melihat pohon-pohonnya. Katanya: “Lihat mama, itu ada banyak kelapa tergantung di pohon tinggi!”)
2. Bahwa di Bali dia bisa dolan ke pantai setiap hari dan banyak bermain air. (Bagian cerita pergi ke pantai menyusul, nanti di minggu kedua selama kami di Bali. Tapi selama 4 minggu berlibur dia memang hampir tiap hari berenang!)
3. Bahwa dia, terutama di Bali, bakal banyak melihat binatang. (Dalam waktu singkat Sky menyadari bahwa di Bali gampang sekali menemukan anjing jalanan. Tapi bukan cuma anjing, ada juga kucing jalanan, ayam jalanan, ayam jago, bahkan kami sempat melihat kambing jalanan dan sapi jalanan! Ini semua istilah ciptaannya, melihat banyaknya binatang yang berkeliaran di jalanan di sana, hehe).

blog0Selama di Bali kami menyewa mobil, sebuah keharusan kalau mau mengunjungi banyak tempat di Bali yang letaknya tersebar di seluruh pulau. Nah, untuk memenuhi janji kami nomer 3 di atas, kami berencana untuk membawanya ke kebun binatang (Bali Zoo) pada hari ke-5. Itu rencana aslinya. Kami melihat bahwa lokasi Zoo-nya dekat Ubud, di mana kami menginap saat itu. Mobil sewaan kami tidak punya GPS, dan kami juga tidak punya internet di telepon untuk membuka Google Maps. Dari awal kami mengecek rute kira-kiranya di laptop (dengan kecepatan wifi setara siput berlari), di jalan kami bertanya saja kiri-kanan kepada penduduk lokal. Jadilah kami berhasil menjelajahi Bali selama 10 hari dengan hanya mengandalkan peta kertas seadanya, insting, dan banyak bertanya. Semua teman di Indo mengacungkan jempol begitu tahu bahwa kami menyetir sendiri di Bali, tanpa GPS, hehe.

Kembali ke cerita mau pergi ke Zoo. Setelah menyetir sekian lama kami merasa aneh, karena seharusnya kami sudah lama sampai. Tapi semua orang yang kami tanyai tetap menjawab bahwa tempat tujuannya masih lebih jauh lagi. Oke deh, kami melaju terus. Sampai hampir mendekati Denpasar! Wah, ini jelas tidak betul. Tapi tetap saja semua bilang bahwa kami ada di jalan yang benar. Akhirnya kami menyadari ‘salah paham’ yang terjadi: kami bukan menuju ke Bali Zoo, melainkan ke Bali Safari Park! Bedanya kecil (sama-sama binatang), tapi beda nama dan beda lokasi. Belakangan teman-teman bilang bahwa itu pilihan yang tepat. Bahwa Safari Park jauh lebih bagus daripada Bali Zoo. A-ha!

Seperti mungkin sudah banyak yang tahu, ada dua jenis taman rekreasi di Indonesia: yang dikelola oleh pemerintah dan yang dimiliki pihak swasta. Yang pertama tiket masuknya murah, dan sama untuk semua orang. Tapi yang kedua, seperti Safari Park ini, di gerbang depan kami sudah dicegat untuk memberitahu berapa orang WNI dan WNA yang duduk di mobil (Sky untungnya masih gratis). Aku tentu berbahasa Indonesia sebaik mungkin untuk meyakinkan si petugas bahwa aku masih WNI (ehm…). Untung dia percaya, tanpa meminta bukti kartu identitas. Sayangnya cara serupa tidak berhasil di Bali Bird Park, waktu kami ke sana beberapa hari kemudian. Petugas loket di sana ngotot bahwa aku harus menunjukkan bukti WNI. Nggak jadi masuk deh, karena beda harganya luar biasa, yang rasanya tidak worthed untuk dijabani. Ya ya, di setiap taman rekreasi swasta seperti ini, WNA harus membayar 8 sampai 10 kali lipat lebih mahal dari karcis lokal. Kami mengerti bahwa ini mungkin dibutuhkan untuk memutar roda turisme, tapi tetap saja bikin nyengir di dompet!

Empat puncak kegiatan kami di Safari Park:
1. Tur di bis Safari. Sky paling terpesona dengan para harimau: “Mama, foto harimau yang itu nanti kita pigura di rumah ya!”
2. Melihat harimau putih diberi makan. Cantik sekali memang harimau bule ini, yang bisa kami amati dari jarak sangat dekat, untungnya dare balik kaca tebal.
3. Elephant Show. Sejenis teater yang menceritakan tentang sejarah relasi antara manusia dan gajah. Bagus sekali, terutama karena menggunakan gajah sebagai aktor utama. Di akhir show ada 3 orang yang dipanggil ke depan untuk dikalungi lingkaran bunga oleh gajah. Tapi 1 lingkaran bunga ternyata ditinggal begitu saja di kursi, yang mana seorang Ibu memungutnya dan memberikannya pada Sky. Oh dia senang sekali! Hari-hari selanjutnya dia mengulang-ulang bahwa si lingkaran harus ikut dibawa pulang ke Belanda. Untung di hari terakhir kami berhasil meyakinkannya bahwa lingkaran bunga itu lebih senang tetap tinggal di Bali, di hotel (selain karena memang terlalu besar untuk bisa dimasukkan ke koper).
4. Dan yang paling menyenangkan dari semuanya: Sky naik kuda pony! Dengan penuh rasa percaya diri dia naik kuda keliling-keliling. Tentunya dibimbing oleh petugas, dan disertai papa di sisinya. Sesudahnya dia masih sering menyebutkan betapa senangnya dia waktu naik kuda pony itu. 🙂

blog3

***

Thuis in Nederland hebben we een paar beloftes aan Sky gedaan:
1. Dat zij in Indonesië heel veel kokosnoten bomen zal zien, de echte! (Het is niet moeilijk om deze belofte in te willigen, zelfs tijdens het wisselen van terminal op het vliegveld van Jakarta kon ze de bomen al herkennen: “Kijk mama, daar hangen veel kokosnoten in de hoge boom!”)
2. Dat zij in Bali elke dag naar het strand kan en veel met water mag spelen. (Het strand gedeelte komt nog, in de tweede week van onze vakantie. Maar ze heeft inderdaad in 4 weken tijd bijna elke dag gezwommen!)
3. Dat zij, vooral in Bali, veel nieuwe dieren zal zien. (Nou in korte tijd heeft Sky begrepen dat overal in Bali straathonden te vinden zijn. Niet alleen honden, maar ook straatkatten, straatkippen, straathanen, en we hebben zelfs straatgeiten en straatkoeien gezien! Allemaal termen die Sky daar verzonnen heeft).

blog11

We hebben in Bali een auto gehuurd, wel een must daar als je verschillende plekken wilt bezoeken, die verspreid liggen op het eiland. Om belofte nummer 3 te vervullen, hebben we haar op dag 5 naar de dierentuin (Bali Zoo) willen meenemen. Dat was althans de planning. We hebben gezien dat de Zoo vlakbij Ubud ligt, waar wij op dat moment verbleven. Onze huurauto heeft geen navigatie systeem, en we hebben geen internet op onze mobiele telefoons om bijvoorbeeld Google Maps te bekijken. Van tevoren hebben we de route ongeveer bekeken op de laptop (met de wifi snelheid als een slakkengang), onderweg hebben we gewoon links en rechts aan de mensen gevraagd, en zodoende hebben we het 10 dagen met ons eigen richtingsgevoel gered. Al mijn vrienden daar gaven ons twee duimen omhoog om zelf te rijden in Bali, zónder GPS.

Maar terug naar het Zoo verhaal. Na een tijdje gereden te hebben vonden we het al raar, dat wij er eigenlijk al lang zouden moeten zijn. Maar alle mensen die we gevraagd hebben wezen ons naar een bestemming nog verder weg. Nou, rijden dan maar. Op een gegeven moment waren we alweer in Denpasar! Het kon niet correct zijn, maar nog steeds waren we bij elke vraag verzekerd dat wij op de goede weg waren. Totdat wij het ‘foutje’ beseften: we waren aangewezen op het Bali Safari Park, niet de Bali Zoo! Klein verschil (allebei dierentuin), maar andere naam en andere locatie. Achteraf zei iedereen dat het de juiste keuze was. Dat de Safari Park veel mooier is dan de Zoo. A-ha!

Er zijn twee soorten (recreatie)parken in Indonesië: die door de regering gerund en gefinancierd zijn, en die door particulier of bedrijf verzorgd zijn. Bij de eerste soort zijn de toegangskaarten erg goedkoop, en het kost voor iedereen hetzelfde. Bij de tweede soort, zoals dit Safari Park, moesten we bij de eerste poort al zeggen hoeveel Indonesiërs en hoeveel buitenlanders in de auto zaten (Sky gelukkig nog nét gratis). Ik gebruikte natuurlijk mijn beste Indonesisch om de ambtenaar te verzekeren dat ik Indonesisch ben. Gelukkig geloofde ze mij, zonder naar mijn identiteitsbewijs te vragen. Helaas lukte dezelfde truc niet toen wij een paar dagen daarna naar het Bali Bird Park gingen. Dan maar niet naar binnen, want het prijsverschil vond ik toen gigantisch en niet de moeite waard. Ja ja, bij ieder van deze soort attracties moest een buitenlander zo’n 8 tot 10 keer meer betalen dan wat de Indonesiërs betalen. We snappen best dat het de nodige prijs is om het toerisme draaiend te houden. Maar je voelt het wel in de portemonnee!

Vier hoogtepunten van ons bezoek naar het Safari Park:
1. De tour in de Safari bus. Sky was helemaal onder de indruk van de tijgers: “Mama, ik wil een foto van die tijger thuis ingelijst hebben!”
2. De voedertijd van de witte tijgers. Zo’n prachtige dier, die wij van dichtbij (maar gelukkig achter dikke glazen) mochten aanschouwen.
3. De olifantenshow. Een soort theater met het verhaal van de verstandhouding tussen mensen en olifanten. Best indrukwekkend, en erg leuk om te zien hoe goed de olifanten waren als theater-acteurs. Aan het eind van de show kregen 3 mensen een bloemenkrans, door een olifant aangereikt en om hun nek gedaan. Maar 1 van de krans was op de stoel achtergelaten, waarna een mevrouw het aan Sky gaf. Ze was er super blij mee! Dagenlang bleef ze volhouden dat de krans mee naar Nederland moest. Gelukkig op de laatste dag konden we haar verzekeren dat de krans in het hotel beter op zijn plek was (en dat het ook te groot was voor in de koffer).
4. Het absolute hoogtepunt: Sky op een pony! Vol zelfverzekerdheid reed ze rondjes met de pony (natuurlijk begeleidt door de trainer, en papa naast haar). Ze bleef daarna nog vaak herhalen hoe leuk ze het vond, op een paard rijden! 🙂

blog8

blog6

blog4

blog1

blog

blog5

blog9

blog10

blog7

our Indonesia trip (day 1-4, Bali)

Standard

blog0

Susah rasanya menuliskan pengalaman kami selama 4 minggu berlibur di Indonesia. Mungkin karena ceritanya terlalu panjang, dengan jumlah foto yang terlalu banyak. Ah, langsung ditulis saja ya…dimulai dengan 4 hari pertama kami di sana (artinya ujung ceritanya masih berbuntut panjang, hehe…enggak kok, tulisan-tulisan berikutnya bakal lebih banyak dipenuhi foto daripada kata-kata).

Perjalanan dimulai dengan terbang yang sangat lama. Untung kami terbang langsung, nonstop dari Amsterdam ke Jakarta, selama 14 jam. Di Jakarta menunggu 6 jam. Sebetulnya kami bisa memilih untuk hanya menunggu 3 jam, tapi syukur kami tidak memilihnya. Karena ternyata membuat yang namanya visa on arrival itu lamanya luar biasa, bikin frustasi semua orang yang mengantri (terutama yang membawa anak kecil). Yang namanya bekerja secara efisien memang belum terbudayakan di sana. Okelah, yang menyenangkan, karena kami harus menunggu sekian lama, jadi ada dua temanku yang bisa menyempatkan diri datang ke airport sekedar untuk reuni kecil-kecilan. Kami makan siang bersama, senang banget bertemu lagi setelah sekian lama (8 tahun!). Sesudahnya kami terbang lagi selama 2 jam ke Bali, di mana kami menghabiskan 2 minggu untuk benar-benar menikmati liburan.

***

Ik vind het heel lastig om onze grote vakantie in Indonesië te beschrijven. Misschien omdat het gewoon een te lang verhaal is, met veel te veel foto’s. Ach, dan maar gewoon beginnen…met de eerste 4 dagen (je begrijpt, het kan dus heel lang duren voordat dit verhaal op zijn einde komt, haha…Nee hoor, de volgende posts zullen voornamelijk veel foto’s hebben en weinig tekst, hoop ik).

Het begint met de lange vliegreis. Gelukkig vlogen we rechtstreeks van Amsterdam naar Jakarta, in 14 uur tijd. In Jakarta 6 uur gewacht. We konden eigenlijk ook kiezen om 3 uur te wachten, maar gelukkig hebben we dat niet gedaan. Het kostte namelijk veel tijd om de visa on arrival te regelen, wat de nodige frustraties opriep (helemaal als je een kindje bij je hebt). Efficiënt werken is volstrekt onbekend bij de lokale ambtenaren daar. Goed, wat wel leuk is, omdat je zo lang moet wachten, kunnen een paar vriendinnen naar het vliegveld komen voor een mini reünie. Samen lunchten we gezellig om daarna weer te vliegen naar Bali in 2 uur tijd, waar wij eindelijk de eerste 2 weken de echte vakantie gaan vieren.
blog1

Terbangnya sendiri berjalan dengan baik, melebihi perkiraan kami. Dalam perjalanan ke Jakarta Sky bisa tidur selama 8 jam (tapi sayangnya dia menempati 2 kursi sehingga mama jadi tidak bisa tidur sama sekali). Dalam perjalanan pulang dia tidur 9 jam, dan sudah dimulai dari airport, karena kami baru boarding sekitar tengah malam. Ini membuat lebih gampang, karena kami jadi bisa memposisikan tidurnya: kepalanya di pangkuanku, sehingga kami bertiga bisa tidur, dan sampai di Belanda dengan badan cukup segar.

Tapi tetap saja, tidur 8 atau 9 jam itu untuk anak seperti Sky adalah jauh dari cukup. Normalnya dia tidur malam 11-12 jam. Karena itu dia jadi sering jatuh tertidur, seperti di pesawat menuju Bali waktu itu (posisinya nggak enak banget, karena pesawatnya sempit sekali). Lima hari pertama di Bali, Sky selalu tidur sekitar tengah malam. Plus tidur siang, yang sudah berbulan-bulan tidak dia lakukan. Jelas campuran dari segala hal sekaligus: jetlag, kecapekan, kepanasan, situasi baru. Biarpun begitu, kalau dievaluasi ulang, sebetulnya semua berjalan dengan baik. Tentu saja dia kadang rewel, terutama kalau dia sudah capek tapi menolak untuk tidur. Tapi tidak terlalu sering. Dan setelah 5 hari ritme keseharian kami (terutama Sky) perlahan tapi pasti kembali ke ritme normal, sesuai standar lokal. Di sepanjang liburan kami memang menjaga jam tidur Sky supaya tetap agak malam (tidur malam sekitar jam 10), supaya perbedaan waktu dengan Belanda tidak terlalu besar. Dan berhasil lho, sepulangnya di Belanda kami bertiga tidak mengalami jetlag sama sekali.

***

Het vliegen zelf ging boven verwachting goed. Sky heeft op de heenweg 8 uur geslapen (helaas nam ze 2 stoelen voor haarzelf, met het resultaat dat mama helemaal niet heeft kunnen slapen). Op de terugweg 9 uur geslapen en al begonnen op de terminal in het vliegveld (we vlogen pas rond middernacht). Dit maakt het voor ons makkelijker omdat ze dan met haar hoofd op mijn schoot kon slapen. We zijn alledrie dus redelijk uitgerust in Nederland geland!

Maar het blijft, 8 of 9 uur slapen voor een kleintje is eigenlijk niet genoeg. Normaal slaapt ze ‘s avonds tussen 11-12 uur. Ze viel daarom in het vliegtuig richting Bali weer in slaap (heel krap allemaal, zowel voor Sky als voor papa). De eerste 5 dagen in Bali sliep Sky altijd pas rond middernacht. En ergens ‘s middags weer in slaap vallen, wat ze al maanden niet heeft gedaan. Een beetje van alles dus: jetlag, vermoeidheid, warmte, vreemde situatie. Achteraf gezien viel het allemaal erg mee. Sky was af en toe natuurlijk wat jengelig, vooral als ze moe is maar niet wil slapen. Maar niet veel. En na 5 dagen was ons (en vooral Sky’s) ritme langzaam maar zeker zoals gewenst. We houden tijdens de hele vakantie haar slaaptijden gewoon vrij laat (‘s avonds pas rond 22u slapen), om de tijdsverschil met Nederland niet te groot te maken (het heeft erg goed gewerkt, bij de terugkeer naar Nederland hebben we totaal geen jetlag gehad!).

blog2

Buah, di mana-mana buah. Jenis-jenis yang eksotis pula, hehe. Bali, dan seluruh Indonesia, adalah surga untuk pecinta buah. Aku mencobakan berbagai jenis buah baru pada Sky. Melon (dan seluruh familinya, seperti semangka) memang tidak pernah dia sukai, dari dulu. Beberapa buah aneh juga dia tolak (antara lain buah naga, yang bentuk dan isinya memang ajaib, tapi rasanya enak). Tapi ada satu buah yang jelas menjadi favoritnya: rambutan! Sayangnya dia tidak boleh terlalu banyak makan rambutan selama di Indonesia, karena buah ini menghambat kerja pencernaannya (di hari-hari terakhir kami sampai terpaksa harus memberinya obat untuk membantu mengeluarkan seluruh isi usus besarnya, mampet! Kemungkinan besar kurang minum dan juga kurang sayur).

***

Fruit, overal fruit. Exotische soorten ook nog! Bali, maar ook in heel Indonesië, is een ware paradijs voor fruit liefhebbers. Ik heb Sky allerlei nieuwe soorten fruit laten proeven. Ze blijft geen liefhebber van de meloen familie, en sommige hele rare vruchten wilde ze gewoon niet proeven (o.a. de dragon fruit, wat best raar uitziet maar smaakt heerlijk). Maar één fruit is zij helemaal verliefd op: de “rambutan” (betekent letterlijk: harige fruit). Helaas mocht ze niet te veel van eten omdat het de stoelgang belemmert (in een van de laatste dagen moesten we haar medicijnen geven om alles “eruit” te krijgen. Waarschijnlijk te weinig gedronken en ook te weinig groenten binnen gekregen).

blog3

3 hari pertama di Bali kami menginap di rumah om dan tanteku di Denpasar. Setelahnya menginap 4 malam di Ubud, lalu sisanya di Sanur. Foto di bawah ini kami ambil di sebuah lapangan sekitar monumen di dekat rumah om dan tante. Kami beruntung bahwa hampir semua hujan yang turun di sepanjang masa liburan kami di Bali, turun di malam hari. Siangnya selalu terang dan panas. Di semua foto terlihat betapa rambut poni Sky menempel di dahinya, hehe. Dia gampang berkeringat, seperti papanya, tapi memang bagus supaya suhu tubuhnya tetap terjaga.

Hari-hari terakhir sebelum kami berangkat, Sky juga -sama seperti kami- sudah terkena virus liburan. Kami memang mempersiapkannya dengan baik. Dengan banyak bercerita tentang Indonesia, Bali, oma dan opa. Juga menonton film promosi wisata tentang Bali di Youtube. Dia bertanya banyak hal: “Apa di sana mereka juga punya tissue wc? Ada ranjang anak-anak? Nanti aku tidur di dekat mama papa kan ya? Jauh banget ya terbangnya? Nanti kita naik mobil apa? Tinggal di mana? Apa ada banyak anak di sana? Aku bisa bermain nggak? Bisa dapat teman nggak ya?” Yang terakhir ini sayangnya tidak bisa kami berikan buatnya. Memang sempat beberapa kali ketemuan dengan teman-teman yang juga punya anak kecil, tapi dalam waktu sesingkat itu susah rasanya untuk mendapat yang namanya teman. Yang lucu, hari pertama di Bali, waktu kami bertiga sudah berbaring nyaman di ranjang, Sky bilang: “Di sini semuanya lain ya. Orang-orangnya lain, bahkan sabunnya juga lain!” Hahaha…dia memang belum pernah melihat sabun batangan, selalu pakai sabun cair. 😀

***

De eerste 3 dagen in Bali verbleven we bij mijn oom en tante in Denpasar. Daarna 4 nachten in Ubud (midden Bali) en de rest in Sanur (het strand van Oost Bali). De foto’s hieronder hebben we genomen op een veld rondom een monument in Denpasar, vlakbij het huis van oom en tante. We hadden geluk dat bijna alle regen die tijdens ons verblijf in Bali viel, in de avonden gebeurde. Overdag was het wel constant warm. Bij alle foto’s zie je Sky’s haar/poni geplakt op haar voorhoofd. Ze zweet net als papa, best veel, maar goed om de lichaamswarmte te reguleren.

De laatste dagen voordat we naar Indonesië waren vertrokken heeft Sky ook de vakantiekoorts te pakken. We hebben haar natuurlijk heel goed voorbereidt. Veel verteld over Indonesië, Bali, oma en opa. Ook (toerisme) filmpjes op Youtube laten zien. En ze vroeg ook van alles: “Hebben ze daar ook billendoekjes? Kinderbedjes? Slaap ik vlakbij mama en papa? Is het heel ver weg? Welke auto gaan we in rijden? En welk huis? Zijn er veel kindjes? Kan ik daar spelen? Kan ik een vriendje krijgen?” De laatste konden we haar helaas niet geven (wel een paar keer afgesproken met mijn vriendinnen die ook kindjes hebben, maar in korte tijd is het moeilijk om vriendjes te worden), maar ja in Indonesië hebben ze voor de rest wel alles. De eerste avond in Bali toen we met z’n drieën in bed liggen zei Sky: “Hier is alles anders. De mensen zijn anders, zelfs de zeep is anders!” Hahaha….ze had tot dan toe nog nooit een zeep bar gezien, altijd vloeibare zeep. 😀blog4

blog5

Seperti yang kami janjikan sebelumnya, kalau hari panas, boleh makan es krim. Jadi tiap hari pasti ada acara makan es krim, bahkan kadang dua kali sehari! 😉

***

Zoals beloofd, als het warm is, mag ze een ijsje. Elke dag ijsje dus! Soms tot twee keer toe! 😉

blog6

Ini rumah sewa kami di Ubud, cantik sekali. Di meja masih terlihat minuman selamat datang (dan ada kelinci lucu yang menyambut kami). Bali memang menawan, tidak ada yang bisa menyangkal. Tapi Ubud (yang terkenal dari film Eat, Pray, Love-nya Julia Roberts) adalah favorit kami. Sedikit lebih sejuk dari daerah lainnya, sangat hijau, dengan kekayaan seni dan budaya yang tinggi, dengan suasana relaxed dan penduduknya yang sangat ramah. Menyenangkan!

Satu hal yang kurang menyenangkan: nyamuk! Biarpun ranjang ditutup kelambu, toh tiap pagi kami menghitung jumlah bentol-bentol baru hasil gigitan nyamuk. Dalam satu malam aku mendapat 16 ‘aksesoris’ baru. Pada suatu saat Sky totalnya punya 23 bentol di seluruh tubuhnya, kasihan banget. Joop yang paling sedikit digigiti, dan bentol-bentolnya juga paling cepat hilang (tidak adil ya! Tapi yah, memang dia yang paling nggak enak sih di antara kami bertiga, haha!). Jadi deh kemana-mana bawa balsem untuk langsung menyemir bentol baru. Sangat membantu. Di akhir liburan pot balsemnya sudah kosong setengah, haha!

***

Ons prachtige huur-huisje in Ubud. De welkomstdrankjes staan nog op tafel (en een lief konijn begroette ons bij aankomst). Bali is geweldig, daar is geen twijfel over mogelijk. Maar Ubud, een gebied in het midden van Bali (bekend van de film Eat, Pray, Love van Julia Roberts) is onze favoriet. Het is iets koeler dan de rest, super groen, met veel kunst, relaxte mensen en hele vriendelijke sfeer. Een aanrader!

Eén ding is minder leuk: de muggen. Hoewel wij onder een hemelbed sliepen, werden we toch elke morgen wakker met nieuwe bultjes. Tja, er hoeft maar 1 mug binnen te sluipen en ik heb in één avond 16 nieuwe ‘accessoires’ gekrijgen. Sky heeft op een gegeven moment 23 bultjes bij elkaar, zielig. Joop heeft het minste last van, en bij hem zijn de bultjes ook het snelst weg (oneerlijk is dat! Maar ja, hij smaakt ook het minst lekker van ons, denk ik, haha!). Een potje balsem neem ik dus overal mee om de bultjes direct na de ontdekking te smeren, het heeft super geholpen en tijdens de vakantie heb ik een half potje leeggesmeerd!
blog7

blog9

Tiap hari makan enak di luar, satu hal yang sangat aku rindukan di Belanda. Jalanan yang penuh warung-warung enak, variasi rasa dan bau masakan yang menggugah selera…(tapi makanan Bali memang terbukti sering pedas. Aku berhati-hati sekali selama liburan ini, dan lulus ujian sampai akhir, kami bertiga melewati liburan dengan sehat walafiat!). Sky jelas tidak terbiasa dengan makanan “baru” di sana. Dia mau sih mencoba semua yang baru, tapi kebanyakan ternyata nggak doyan. Cuma mau makan nasi dengan ayam, atau mie, dengan daging, kadang ikan, dan telur. Semua harus dalam bentuk yang semurni mungkin, tanpa saus atau rasa-rasa lain. Dan makannya sedikit sekali. Nggak apa-apa sih sebetulnya, asal banyak makan buah dan minum yang cukup. Tapi ternyata tetap saja kurang minum (sebetulnya di Belanda sini juga dia nyaris nggak pernah minta minum sih, memang itu “penyakit”nya…)

***

Elke dag lekker uiteten, wat ik zeker gemist heb in Nederland! Straatjes vol met lekkere eettentjes, de variatie van smaak en geur (het Balinese eten is wel vaak pittig, waar ik dus erg voorzichtig mee heb gedaan, met goed resultaat dat wij alledrie gezond door de vakantie heen zijn gekomen!). Sky was duidelijk niet gewend aan al dat nieuwe eten. Ze deed wel haar best om van alles een beetje te proeven, maar over het algemeen wilde ze alleen rijst en kip eten, of mie, wat vlees, soms vis, en eieren. Alles in een zo puur mogelijke vorm, geen saus of wat dan ook. En een klein beetje eten maar. Niet erg, als ze maar veel fruit eet en veel drinkt. Maar het laatste was blijkbaar toch niet genoeg (ze heeft, ook in Nederland, nooit behoefte gehad om te drinken, helaas).  blog8

Bagus ya jalan di bawah ini, waktu kami berjalan dari rumah sewaan kami ke pusat kota Ubud. Jalannya dinaungi sulur-sulur dari pohon dan tanaman merambat. Bali memang penuh aura seni, hari yang baru menawarkan petualangan baru dan mata tidak pernah berhenti dimanjakan oleh pemandangan sekitar. Hanya saja kalau berjalan seperti ini, sambil mendorong stroller sewaan, memang bukan pilihan yang bijaksana. Yah, penduduk lokal pasti berpikir: siapa juga yang suruh membawa stroller untuk berjalan di trotoar, haha… Ah, tapi si stroller juga banyak membantu kami kok. Sky kan tidak terlalu suka (dan bisa) berjalan sendiri terlalu jauh. Dan juga berguna kalau dia jatuh tertidur di siang hari. Selain stroller kami juga menyewa car seat dan mainan. Biarpun car seat di Indonesia belum terlalu populer (bahkan banyak anak yang bebas ‘berkeliaran’ di dalam mobil saat melaju) tapi kami toh tetap merasa lebih aman untuk menggunakannya.

***

Hier liepen we naar de stad, een heel mooi gezicht op de weg met de gigantische lianen boven ons hoofd. En Bali zit natuurlijk boordevol kunst, monumenten, offerplekken, stenenbeeldjes, kleurrijke ornamenten en andere ‘exotische’ dingen wat elke dag nieuwe belevingen bood. Alleen het lopen zelf ging enorm moeilijk met de gehuurde kinderwagen. Tja, wie loop nou met een kinderwagen over een Balinese trottoir, zouden de lokale mensen denken, haha… Ach ja, dat ding heeft ons ook vaak ‘geholpen’ hoor, want zelf lopen doet Sky nog steeds niet zo graag. En om haar middagdutje te doen bijvoorbeeld. Naast een kinderwagen hebben we ook een autozitje gehuurd, en wat speelgoed. Kinderautozitje is in Indonesië nog geen norm. Sterker nog, bijna niemand heeft zo’n ding in de auto staan. Kinderen zitten gewoon op schoot, of springen los in de auto, haha… blog10