Tag Archives: turis

our Indonesia trip (day 1-4, Bali)

Standard

blog0

Susah rasanya menuliskan pengalaman kami selama 4 minggu berlibur di Indonesia. Mungkin karena ceritanya terlalu panjang, dengan jumlah foto yang terlalu banyak. Ah, langsung ditulis saja ya…dimulai dengan 4 hari pertama kami di sana (artinya ujung ceritanya masih berbuntut panjang, hehe…enggak kok, tulisan-tulisan berikutnya bakal lebih banyak dipenuhi foto daripada kata-kata).

Perjalanan dimulai dengan terbang yang sangat lama. Untung kami terbang langsung, nonstop dari Amsterdam ke Jakarta, selama 14 jam. Di Jakarta menunggu 6 jam. Sebetulnya kami bisa memilih untuk hanya menunggu 3 jam, tapi syukur kami tidak memilihnya. Karena ternyata membuat yang namanya visa on arrival itu lamanya luar biasa, bikin frustasi semua orang yang mengantri (terutama yang membawa anak kecil). Yang namanya bekerja secara efisien memang belum terbudayakan di sana. Okelah, yang menyenangkan, karena kami harus menunggu sekian lama, jadi ada dua temanku yang bisa menyempatkan diri datang ke airport sekedar untuk reuni kecil-kecilan. Kami makan siang bersama, senang banget bertemu lagi setelah sekian lama (8 tahun!). Sesudahnya kami terbang lagi selama 2 jam ke Bali, di mana kami menghabiskan 2 minggu untuk benar-benar menikmati liburan.

***

Ik vind het heel lastig om onze grote vakantie in Indonesië te beschrijven. Misschien omdat het gewoon een te lang verhaal is, met veel te veel foto’s. Ach, dan maar gewoon beginnen…met de eerste 4 dagen (je begrijpt, het kan dus heel lang duren voordat dit verhaal op zijn einde komt, haha…Nee hoor, de volgende posts zullen voornamelijk veel foto’s hebben en weinig tekst, hoop ik).

Het begint met de lange vliegreis. Gelukkig vlogen we rechtstreeks van Amsterdam naar Jakarta, in 14 uur tijd. In Jakarta 6 uur gewacht. We konden eigenlijk ook kiezen om 3 uur te wachten, maar gelukkig hebben we dat niet gedaan. Het kostte namelijk veel tijd om de visa on arrival te regelen, wat de nodige frustraties opriep (helemaal als je een kindje bij je hebt). Efficiënt werken is volstrekt onbekend bij de lokale ambtenaren daar. Goed, wat wel leuk is, omdat je zo lang moet wachten, kunnen een paar vriendinnen naar het vliegveld komen voor een mini reünie. Samen lunchten we gezellig om daarna weer te vliegen naar Bali in 2 uur tijd, waar wij eindelijk de eerste 2 weken de echte vakantie gaan vieren.
blog1

Terbangnya sendiri berjalan dengan baik, melebihi perkiraan kami. Dalam perjalanan ke Jakarta Sky bisa tidur selama 8 jam (tapi sayangnya dia menempati 2 kursi sehingga mama jadi tidak bisa tidur sama sekali). Dalam perjalanan pulang dia tidur 9 jam, dan sudah dimulai dari airport, karena kami baru boarding sekitar tengah malam. Ini membuat lebih gampang, karena kami jadi bisa memposisikan tidurnya: kepalanya di pangkuanku, sehingga kami bertiga bisa tidur, dan sampai di Belanda dengan badan cukup segar.

Tapi tetap saja, tidur 8 atau 9 jam itu untuk anak seperti Sky adalah jauh dari cukup. Normalnya dia tidur malam 11-12 jam. Karena itu dia jadi sering jatuh tertidur, seperti di pesawat menuju Bali waktu itu (posisinya nggak enak banget, karena pesawatnya sempit sekali). Lima hari pertama di Bali, Sky selalu tidur sekitar tengah malam. Plus tidur siang, yang sudah berbulan-bulan tidak dia lakukan. Jelas campuran dari segala hal sekaligus: jetlag, kecapekan, kepanasan, situasi baru. Biarpun begitu, kalau dievaluasi ulang, sebetulnya semua berjalan dengan baik. Tentu saja dia kadang rewel, terutama kalau dia sudah capek tapi menolak untuk tidur. Tapi tidak terlalu sering. Dan setelah 5 hari ritme keseharian kami (terutama Sky) perlahan tapi pasti kembali ke ritme normal, sesuai standar lokal. Di sepanjang liburan kami memang menjaga jam tidur Sky supaya tetap agak malam (tidur malam sekitar jam 10), supaya perbedaan waktu dengan Belanda tidak terlalu besar. Dan berhasil lho, sepulangnya di Belanda kami bertiga tidak mengalami jetlag sama sekali.

***

Het vliegen zelf ging boven verwachting goed. Sky heeft op de heenweg 8 uur geslapen (helaas nam ze 2 stoelen voor haarzelf, met het resultaat dat mama helemaal niet heeft kunnen slapen). Op de terugweg 9 uur geslapen en al begonnen op de terminal in het vliegveld (we vlogen pas rond middernacht). Dit maakt het voor ons makkelijker omdat ze dan met haar hoofd op mijn schoot kon slapen. We zijn alledrie dus redelijk uitgerust in Nederland geland!

Maar het blijft, 8 of 9 uur slapen voor een kleintje is eigenlijk niet genoeg. Normaal slaapt ze ‘s avonds tussen 11-12 uur. Ze viel daarom in het vliegtuig richting Bali weer in slaap (heel krap allemaal, zowel voor Sky als voor papa). De eerste 5 dagen in Bali sliep Sky altijd pas rond middernacht. En ergens ‘s middags weer in slaap vallen, wat ze al maanden niet heeft gedaan. Een beetje van alles dus: jetlag, vermoeidheid, warmte, vreemde situatie. Achteraf gezien viel het allemaal erg mee. Sky was af en toe natuurlijk wat jengelig, vooral als ze moe is maar niet wil slapen. Maar niet veel. En na 5 dagen was ons (en vooral Sky’s) ritme langzaam maar zeker zoals gewenst. We houden tijdens de hele vakantie haar slaaptijden gewoon vrij laat (‘s avonds pas rond 22u slapen), om de tijdsverschil met Nederland niet te groot te maken (het heeft erg goed gewerkt, bij de terugkeer naar Nederland hebben we totaal geen jetlag gehad!).

blog2

Buah, di mana-mana buah. Jenis-jenis yang eksotis pula, hehe. Bali, dan seluruh Indonesia, adalah surga untuk pecinta buah. Aku mencobakan berbagai jenis buah baru pada Sky. Melon (dan seluruh familinya, seperti semangka) memang tidak pernah dia sukai, dari dulu. Beberapa buah aneh juga dia tolak (antara lain buah naga, yang bentuk dan isinya memang ajaib, tapi rasanya enak). Tapi ada satu buah yang jelas menjadi favoritnya: rambutan! Sayangnya dia tidak boleh terlalu banyak makan rambutan selama di Indonesia, karena buah ini menghambat kerja pencernaannya (di hari-hari terakhir kami sampai terpaksa harus memberinya obat untuk membantu mengeluarkan seluruh isi usus besarnya, mampet! Kemungkinan besar kurang minum dan juga kurang sayur).

***

Fruit, overal fruit. Exotische soorten ook nog! Bali, maar ook in heel Indonesië, is een ware paradijs voor fruit liefhebbers. Ik heb Sky allerlei nieuwe soorten fruit laten proeven. Ze blijft geen liefhebber van de meloen familie, en sommige hele rare vruchten wilde ze gewoon niet proeven (o.a. de dragon fruit, wat best raar uitziet maar smaakt heerlijk). Maar één fruit is zij helemaal verliefd op: de “rambutan” (betekent letterlijk: harige fruit). Helaas mocht ze niet te veel van eten omdat het de stoelgang belemmert (in een van de laatste dagen moesten we haar medicijnen geven om alles “eruit” te krijgen. Waarschijnlijk te weinig gedronken en ook te weinig groenten binnen gekregen).

blog3

3 hari pertama di Bali kami menginap di rumah om dan tanteku di Denpasar. Setelahnya menginap 4 malam di Ubud, lalu sisanya di Sanur. Foto di bawah ini kami ambil di sebuah lapangan sekitar monumen di dekat rumah om dan tante. Kami beruntung bahwa hampir semua hujan yang turun di sepanjang masa liburan kami di Bali, turun di malam hari. Siangnya selalu terang dan panas. Di semua foto terlihat betapa rambut poni Sky menempel di dahinya, hehe. Dia gampang berkeringat, seperti papanya, tapi memang bagus supaya suhu tubuhnya tetap terjaga.

Hari-hari terakhir sebelum kami berangkat, Sky juga -sama seperti kami- sudah terkena virus liburan. Kami memang mempersiapkannya dengan baik. Dengan banyak bercerita tentang Indonesia, Bali, oma dan opa. Juga menonton film promosi wisata tentang Bali di Youtube. Dia bertanya banyak hal: “Apa di sana mereka juga punya tissue wc? Ada ranjang anak-anak? Nanti aku tidur di dekat mama papa kan ya? Jauh banget ya terbangnya? Nanti kita naik mobil apa? Tinggal di mana? Apa ada banyak anak di sana? Aku bisa bermain nggak? Bisa dapat teman nggak ya?” Yang terakhir ini sayangnya tidak bisa kami berikan buatnya. Memang sempat beberapa kali ketemuan dengan teman-teman yang juga punya anak kecil, tapi dalam waktu sesingkat itu susah rasanya untuk mendapat yang namanya teman. Yang lucu, hari pertama di Bali, waktu kami bertiga sudah berbaring nyaman di ranjang, Sky bilang: “Di sini semuanya lain ya. Orang-orangnya lain, bahkan sabunnya juga lain!” Hahaha…dia memang belum pernah melihat sabun batangan, selalu pakai sabun cair. 😀

***

De eerste 3 dagen in Bali verbleven we bij mijn oom en tante in Denpasar. Daarna 4 nachten in Ubud (midden Bali) en de rest in Sanur (het strand van Oost Bali). De foto’s hieronder hebben we genomen op een veld rondom een monument in Denpasar, vlakbij het huis van oom en tante. We hadden geluk dat bijna alle regen die tijdens ons verblijf in Bali viel, in de avonden gebeurde. Overdag was het wel constant warm. Bij alle foto’s zie je Sky’s haar/poni geplakt op haar voorhoofd. Ze zweet net als papa, best veel, maar goed om de lichaamswarmte te reguleren.

De laatste dagen voordat we naar Indonesië waren vertrokken heeft Sky ook de vakantiekoorts te pakken. We hebben haar natuurlijk heel goed voorbereidt. Veel verteld over Indonesië, Bali, oma en opa. Ook (toerisme) filmpjes op Youtube laten zien. En ze vroeg ook van alles: “Hebben ze daar ook billendoekjes? Kinderbedjes? Slaap ik vlakbij mama en papa? Is het heel ver weg? Welke auto gaan we in rijden? En welk huis? Zijn er veel kindjes? Kan ik daar spelen? Kan ik een vriendje krijgen?” De laatste konden we haar helaas niet geven (wel een paar keer afgesproken met mijn vriendinnen die ook kindjes hebben, maar in korte tijd is het moeilijk om vriendjes te worden), maar ja in Indonesië hebben ze voor de rest wel alles. De eerste avond in Bali toen we met z’n drieën in bed liggen zei Sky: “Hier is alles anders. De mensen zijn anders, zelfs de zeep is anders!” Hahaha….ze had tot dan toe nog nooit een zeep bar gezien, altijd vloeibare zeep. 😀blog4

blog5

Seperti yang kami janjikan sebelumnya, kalau hari panas, boleh makan es krim. Jadi tiap hari pasti ada acara makan es krim, bahkan kadang dua kali sehari! 😉

***

Zoals beloofd, als het warm is, mag ze een ijsje. Elke dag ijsje dus! Soms tot twee keer toe! 😉

blog6

Ini rumah sewa kami di Ubud, cantik sekali. Di meja masih terlihat minuman selamat datang (dan ada kelinci lucu yang menyambut kami). Bali memang menawan, tidak ada yang bisa menyangkal. Tapi Ubud (yang terkenal dari film Eat, Pray, Love-nya Julia Roberts) adalah favorit kami. Sedikit lebih sejuk dari daerah lainnya, sangat hijau, dengan kekayaan seni dan budaya yang tinggi, dengan suasana relaxed dan penduduknya yang sangat ramah. Menyenangkan!

Satu hal yang kurang menyenangkan: nyamuk! Biarpun ranjang ditutup kelambu, toh tiap pagi kami menghitung jumlah bentol-bentol baru hasil gigitan nyamuk. Dalam satu malam aku mendapat 16 ‘aksesoris’ baru. Pada suatu saat Sky totalnya punya 23 bentol di seluruh tubuhnya, kasihan banget. Joop yang paling sedikit digigiti, dan bentol-bentolnya juga paling cepat hilang (tidak adil ya! Tapi yah, memang dia yang paling nggak enak sih di antara kami bertiga, haha!). Jadi deh kemana-mana bawa balsem untuk langsung menyemir bentol baru. Sangat membantu. Di akhir liburan pot balsemnya sudah kosong setengah, haha!

***

Ons prachtige huur-huisje in Ubud. De welkomstdrankjes staan nog op tafel (en een lief konijn begroette ons bij aankomst). Bali is geweldig, daar is geen twijfel over mogelijk. Maar Ubud, een gebied in het midden van Bali (bekend van de film Eat, Pray, Love van Julia Roberts) is onze favoriet. Het is iets koeler dan de rest, super groen, met veel kunst, relaxte mensen en hele vriendelijke sfeer. Een aanrader!

Eén ding is minder leuk: de muggen. Hoewel wij onder een hemelbed sliepen, werden we toch elke morgen wakker met nieuwe bultjes. Tja, er hoeft maar 1 mug binnen te sluipen en ik heb in één avond 16 nieuwe ‘accessoires’ gekrijgen. Sky heeft op een gegeven moment 23 bultjes bij elkaar, zielig. Joop heeft het minste last van, en bij hem zijn de bultjes ook het snelst weg (oneerlijk is dat! Maar ja, hij smaakt ook het minst lekker van ons, denk ik, haha!). Een potje balsem neem ik dus overal mee om de bultjes direct na de ontdekking te smeren, het heeft super geholpen en tijdens de vakantie heb ik een half potje leeggesmeerd!
blog7

blog9

Tiap hari makan enak di luar, satu hal yang sangat aku rindukan di Belanda. Jalanan yang penuh warung-warung enak, variasi rasa dan bau masakan yang menggugah selera…(tapi makanan Bali memang terbukti sering pedas. Aku berhati-hati sekali selama liburan ini, dan lulus ujian sampai akhir, kami bertiga melewati liburan dengan sehat walafiat!). Sky jelas tidak terbiasa dengan makanan “baru” di sana. Dia mau sih mencoba semua yang baru, tapi kebanyakan ternyata nggak doyan. Cuma mau makan nasi dengan ayam, atau mie, dengan daging, kadang ikan, dan telur. Semua harus dalam bentuk yang semurni mungkin, tanpa saus atau rasa-rasa lain. Dan makannya sedikit sekali. Nggak apa-apa sih sebetulnya, asal banyak makan buah dan minum yang cukup. Tapi ternyata tetap saja kurang minum (sebetulnya di Belanda sini juga dia nyaris nggak pernah minta minum sih, memang itu “penyakit”nya…)

***

Elke dag lekker uiteten, wat ik zeker gemist heb in Nederland! Straatjes vol met lekkere eettentjes, de variatie van smaak en geur (het Balinese eten is wel vaak pittig, waar ik dus erg voorzichtig mee heb gedaan, met goed resultaat dat wij alledrie gezond door de vakantie heen zijn gekomen!). Sky was duidelijk niet gewend aan al dat nieuwe eten. Ze deed wel haar best om van alles een beetje te proeven, maar over het algemeen wilde ze alleen rijst en kip eten, of mie, wat vlees, soms vis, en eieren. Alles in een zo puur mogelijke vorm, geen saus of wat dan ook. En een klein beetje eten maar. Niet erg, als ze maar veel fruit eet en veel drinkt. Maar het laatste was blijkbaar toch niet genoeg (ze heeft, ook in Nederland, nooit behoefte gehad om te drinken, helaas).  blog8

Bagus ya jalan di bawah ini, waktu kami berjalan dari rumah sewaan kami ke pusat kota Ubud. Jalannya dinaungi sulur-sulur dari pohon dan tanaman merambat. Bali memang penuh aura seni, hari yang baru menawarkan petualangan baru dan mata tidak pernah berhenti dimanjakan oleh pemandangan sekitar. Hanya saja kalau berjalan seperti ini, sambil mendorong stroller sewaan, memang bukan pilihan yang bijaksana. Yah, penduduk lokal pasti berpikir: siapa juga yang suruh membawa stroller untuk berjalan di trotoar, haha… Ah, tapi si stroller juga banyak membantu kami kok. Sky kan tidak terlalu suka (dan bisa) berjalan sendiri terlalu jauh. Dan juga berguna kalau dia jatuh tertidur di siang hari. Selain stroller kami juga menyewa car seat dan mainan. Biarpun car seat di Indonesia belum terlalu populer (bahkan banyak anak yang bebas ‘berkeliaran’ di dalam mobil saat melaju) tapi kami toh tetap merasa lebih aman untuk menggunakannya.

***

Hier liepen we naar de stad, een heel mooi gezicht op de weg met de gigantische lianen boven ons hoofd. En Bali zit natuurlijk boordevol kunst, monumenten, offerplekken, stenenbeeldjes, kleurrijke ornamenten en andere ‘exotische’ dingen wat elke dag nieuwe belevingen bood. Alleen het lopen zelf ging enorm moeilijk met de gehuurde kinderwagen. Tja, wie loop nou met een kinderwagen over een Balinese trottoir, zouden de lokale mensen denken, haha… Ach ja, dat ding heeft ons ook vaak ‘geholpen’ hoor, want zelf lopen doet Sky nog steeds niet zo graag. En om haar middagdutje te doen bijvoorbeeld. Naast een kinderwagen hebben we ook een autozitje gehuurd, en wat speelgoed. Kinderautozitje is in Indonesië nog geen norm. Sterker nog, bijna niemand heeft zo’n ding in de auto staan. Kinderen zitten gewoon op schoot, of springen los in de auto, haha… blog10